STUDI KASUS PERBAIKAN
JALAN RAYA
JALAN OTTO
ISKANDARDINATA, KECAMATAN JATINEGARA
JAKARTA TIMUR
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1
Pendahuluan
Infrastruktur
secara umum merupakan suatu kebutuhan dasar fisik dalam pengorganisasian sistem
struktur yang diperlukan untuk jaminan ekonomi sektor publik dansektor privat,
dan sebagai layanan dan fasilitas yang diperlukan agar perekonomian dapat
berfungsi dengan baik. Infrastruktur teknis atau fisik berupa infrastruktur
yang mendukung jaringan struktur seperti fasilitas antara lain dapat berupa
jalan, kereta api, air bersih, bandara,kanal, waduk, tanggul, pengelolahan
limbah, perlistrikan, telekomunikasi, dan pelabuhan.
Infrastruktur
secara khusus merupakan sarana dan prasarana transportasi dalammenunjuang
distribusi dan pemerataan kemajuan antar daerah. Transportasi memegang peranan
penting untuk memajukan di berbagai sektor strategis suatu daerah.
Transportasisecara umum merupakan perpindahan sesuatu dari tempat asal ke
tempat tujuan. Untuk menyelenggarakan suatu transportasi maka diperlukan sarana
dan prasarana yang baik.
Jaringan Jalan
Raya yang merupakan prasarana transportasi darat yang memegang peranan penting
dalam sektor perhubungan terutama untuk kesinambungan distribusi barangdan
jasa. Jalan Raya adalah suatu lintasan yang bertujuan melewatkan lalu lintas
dari suatutempat ke tempat lain. rti !intasan disini dapat diartikan sebagai
tanah yang diperkeras atau jalan tanah tanpa perkerasan, sedangkan
lalu"lintas adalah semua benda dan makhluk hidupyang melewati jalan
tersebut baik kendaraan bermotor, tidak bermotor, manusia, ataupun hewan.
Jalan raya sebagai
prasarana transportasi harus memenuhi tingkat kelayakan yang baik guna
memberikan tingkat layan kepada pengguna jalan. Namun pada kenyataanya banyak
kondisi jalan yang tidak memenuhi tingkat layan kepada para pengguna jalan. Hal
inimenimbulkan gangguan terhadap transportasi, dengan adanya gangguan ini maka
akan berpengaruh terhadap sektor lain, baik secara langsung maupun tidak
langsung. Dampak langsung akan terasa pada sektor ekonomi terutama pada
distribusi barang dan jasa. Dengan adanya hambatan ini maka akan menimbulkan
ketidakseimbangan pada ketersediaan barang dan jasa di suatu daerah sehingga
akan berpengaruh pada keadaan harga barang dan jasasehingga akan mengakibatkan
kemerosotan ekonomi pada suatu daerah.
Gangguan
transportasi yang diakibatkan oleh keadaan jalan yang tidak memberikantingkat
layan yang baik salah satunya adalah karena adanya kerusakan jalan. Kerusakan
jalan ditimbulkan karena berbagai faktor, baik dari faktor internal maupun
eksternal. Faktor internal bisa terjadi karena kondisi jalan itu sendiri,
seperti struktur jalan yang tidak mampumenahan beban kendaraan yang melintas,
kondisi drainase jalan yang buruk, hingga keadaan jalan yang telah melewati
masa layan jalan itu sendiri. Adapun faktor eksternal berupa faktor"faktor
diluar struktur jalan itu sendiri seperti bencana alam.
Untuk mengatasi
keruskan jalan tersebut maka diperlukan analisia pada kerusakan jalandan
menemukan solusi dari permasalahan yang ada. Adapun dalam laporan ini
akandilakukan tinjauan secara umum pada kerusakan jalan yang berlokasi di Jalan
otto Iskandardinata, kecamatan Jatinegara, Jakarta Timur.
1.2 Tujuan
masalah
Adapun dari kajian ini adalah melakukan
analisa kerusakan pada Jalan otto Iskandardinata kemudian menemukan pemecahan
permasalahan pada kerusakan jalan tersebut.
1.3 Rumusan
masalah
Untuk menghindari kesalahan dalam
penafsiran maka penulis merumuskan permasalahanadalah titik dua 'erusakan apa
yang ada pada Existing Jalan )tto Iskandardinata dan bagaimana cara mengatasinya.
1.4 Batasan
masalah
ada
kajian ini diperlukan suatu batasan masalah agar terfokus pada pembahasan yang ada,
adapun batasan masalah pada kajian ini adalah analisa jenis kerusakan jalan existing
danmetode perbaikan pada kerusakan jalan tersebut.
BAB
II
DASAR
TEORI
2.1.
Klasifikasi Jalan
Jalan adalah sarana yang biasa dilalui oleh mahluk hidup
dan kendaraan atau barang. Secara teknis pengertian jalan adalah sarana yang digunakan
kendaraan untuk menghubungkan dari suatu daerah ke daerah lainnya. Jalan diklasifikasikan berdasarkan
fungsi jalan, berdasarkan administrasi pemerintahan dan berdasarkan muatan
sumbu yang menyangkut dimensi dan berat kendaraan. Penentuan klasifikasi jalan
terkait dengan besarnya volume lalu lintas yang menggunakan jalan tersebut,
besarnya kapasitas jalan, keekonomian dari jalan tersebut serta pembiayaan
pembangunan dan perawatan jalan.
1.
Klasifikasi berdasarkan fungsi jalan
Jalan umum menurut
fungsinya di Indonesia dikelompokkan ke dalam jalan arteri, jalan kolektor,
jalan lokal, dan jalan lingkungan.
Klasifikasi jalan
fungsional di Indonesia berdasarkan peraturan perundangan yang berlaku adalah:
1)
Jalan arteri, merupakan jalan umum yang
berfungsi melayani angkutan utama dengan ciri perjalanan jarak jauh, kecepatan
rata-rata tinggi, dan jumlah jalan masuk (akses) dibatasi secara berdaya guna.
2)
Jalan kolektor, merupakan jalan umum yang
berfungsi melayani angkutan pengumpul atau pembagi dengan ciri perjalanan jarak
sedang, kecepatan rata-rata sedang, dan jumlah jalan masuk dibatasi.
3)
Jalan lokal, merupakan jalan umum yang
berfungsi melayani angkutan setempat dengan ciri perjalanan jarak dekat,
kecepatan rata-rata rendah, dan jumlah jalan masuk tidak dibatasi.
4)
Jalan lingkungan, merupakan jalan umum
yang berfungsi melayani angkutan lingkungan dengan ciri perjalanan jarak dekat,
dan kecepatan rata-rata rendah.
2.
Klasifikasi berdasarkan administrasi
pemerintahan
Pengelompokan
jalan dimaksudkan untuk mewujudkan kepastian hukum penyelenggaraan jalan sesuai
dengan kewenangan Pemerintah dan pemerintah daerah. Jalan umum menurut
statusnya dikelompokkan ke dalam jalan nasional, jalan provinsi, jalan
kabupaten, jalan kota, dan jalan desa.
1)
Jalan nasional, merupakan jalan arteri dan
jalan kolektor dalam sistem jaringan jalan primer yang menghubungkan
antaribukota provinsi, dan jalan strategis nasional, serta jalan tol.
2)
Jalan provinsi, merupakan jalan kolektor
dalam sistem jaringan jalan primer yang menghubungkan ibukota provinsi dengan
ibukota kabupaten/kota, atau antaribukota kabupaten/kota, dan jalan strategis
provinsi.
3)
Jalan kabupaten, merupakan jalan lokal
dalam sistem jaringan jalan primer yang tidak termasuk jalan yang menghubungkan
ibukota kabupaten dengan ibukota kecamatan, antaribukota kecamatan, ibukota
kabupaten dengan pusat kegiatan lokal, antarpusat kegiatan lokal, serta jalan
umum dalam sistem jaringan jalan sekunder dalam wilayah kabupaten, dan jalan
strategis kabupaten.
4)
Jalan kota, adalah jalan umum dalam sistem
jaringan jalan sekunder yang menghubungkan antarpusat pelayanan dalam kota,
menghubungkan pusat pelayanan dengan persil, menghubungkan antarpersil, serta
menghubungkan antarpusat permukiman yang berada di dalam kota.
5)
Jalan desa, merupakan jalan umum yang
menghubungkan kawasan dan/atau antarpermukiman di dalam desa, serta jalan
lingkungan.
3.
Klasifikasi berdasarkan muatan sumbu
Untuk keperluan
pengaturan penggunaan dan pemenuhan kebutuhan angkutan, jalan dibagi dalam
beberapa kelas yang didasarkan pada kebutuhan transportasi, pemilihan moda
secara tepat dengan mempertimbangkan keunggulan karakteristik masing-masing
moda, perkembangan teknologi kendaraan bermotor, muatan sumbu terberat
kendaraan bermotor serta konstruksi jalan. Pengelompokkan jalan menurut muatan
sumbu yang disebut juga kelas jalan, terdiri dari:
1)
Jalan Kelas I, yaitu jalan arteri yang
dapat dilalui kendaraan bermotor termasuk muatan dengan ukuran lebar tidak
melebihi 2.500 milimeter, ukuran panjang tidak melebihi 18.000 milimeter, dan
muatan sumbu terberat yang diizinkan lebih besar dari 10 ton, yang saat ini
masih belum digunakan di Indonesia, namun sudah mulai dikembangkan diberbagai
negara maju seperti di Prancis telah mencapai muatan sumbu terberat sebesar 13
ton.
2)
Jalan Kelas II, yaitu jalan arteri yang
dapat dilalui kendaraan bermotor termasuk muatan dengan ukuran lebar tidak
melebihi 2.500 milimeter, ukuran panjang tidak melebihi 18.000 milimeter, dan
muatan sumbu terberat yang diizinkan 10 ton, jalan kelas ini merupakan jalan
yang sesuai untuk angkutan peti kemas.
3)
Jalan Kelas III A, yaitu jalan arteri atau
kolektor yang dapat dilalui kendaraan bermotor termasuk muatan dengan ukuran
lebar tidak melebihi 2.500 milimeter, ukuran panjang tidak melebihi 18.000
milimeter, dan muatan sumbu terberat yang diizinkan 8 ton.
4)
Jalan Kelas III B, yaitu jalan kolektor
yang dapat dilalui kendaraan bermotor termasuk muatan dengan ukuran lebar tidak
melebihi 2.500 milimeter, ukuran panjang tidak melebihi 12.000 milimeter, dan
muatan sumbu terberat yang diizinkan 8 ton.
5)
Jalan Kelas III C, yaitu jalan lokal dan
jalan lingkungan yang dapat dilalui kendaraan bermotor termasuk muatan dengan
ukuran lebar tidak melebihi 2.100 milimeter, ukuran panjang tidak melebihi 9.000
milimeter, dan muatan sumbu terberat yang diizinkan 8 ton.
2.2
Perkerasan
Jalan
Perkerasan jalan adalah konstruksi yang diperuntukan bagi
jalan lalu lintas yang terletak diatas tanah dasar, dan pada umumnya terdiri
dari lapis pondasi bawah, pondasi atas, dan lapis permukaan.
Gambar
2.7. Susunan lapisan perkerasan lentur (flexible
pavement)
a. Tanah
Dasar (sub grade)
Tanah dasar adalah permukaan tanah semula atau permukaan galian atau permukaan tanah timbunan, yang
dipadatkan dan merupakan permukaan dasar untuk perletakan bagian-bagian
perkerasan lainnya.
b. Lapis Pondasi Bawah (sub base course)
Lapis pondasi bawah adalah bagian perkerasan yang
terletak antara lapis pondasi atas dan tanah dasar. Fungsi lapis pondasi bawah antara lain :
1)
Sebagai bagian dari konstruksi perkerasan untuk mendukung
dan menyebarkan beban roda.
2)
Mencapai
efisiensi penggunaan material yang relatif murah agar lapisan lainnya dapat
dikurangi ketebalannya.
3)
Untuk mencegah
tanah dasar masuk ke dalam lapis pondasi atas.
4)
Sebagai lapisan
pertama agar pelaksanaan dapat berjalan lancar.
Macam-macam
tipe tanah setempat (CBR≥20%, PI≤10%) yang relatif lebih baik dari tanah dasar
dapat digunakan sebagai bahan lapis pondasi bawah.
c. Lapis
Pondasi Atas (base course)
Lapis pondasi atas adalah bagian perkerasan yang
terletak antara lapis permukaan dengan lapis pondasi bawah (atau dengan tanah dasar bila
tidak menggunakan lapis pondasi bawah).
Fungsi lapis
pondasi atas antara lain :
1) Sebagai bagian perkerasan yang
menahan beban roda,
2) Sebagai perletakan terhadap lapis
permukaan.
Bermacam-macam bahan alam/bahan
setempat (CBR≥50%, PI≤4%) dapat digunakan sebagai bahan lapis pondasi, antara
lain : batu pecah, kerikil pecah dan stabilisasi tanah dengan semen atau kapur.
d.
Lapis Permukaan (surface course)
Adalah bagian
perkerasan yang paling atas.
Fungsi lapis permukaan antara lain :
1) Sebagai
bahan perkerasan untuk menahan beban roda.
2) Sebagai
lapisan rapat air untuk melindungi badan jalan dari kerusakan akibat cuaca.
3) Sebagai lapisan aus (wearing course).
Bahan
untuk lapis permukaan umumnya adalah sama dengan bahan untuk lapis pondasi,
dengan persyaratan yang lebih tinggi. Penggunaan bahan aspal diperlukan agar
lapisan dapat bersifat kedap air, disamping itu bahan aspal sendiri memberikan
bantuan tegangan tarik, yang berarti mempertinggi daya dukung lapisan terhadap
beban roda lalu lintas.
Bahan-bahan
yang umum digunakan sebagai lapisan permukaan :
1)
Aspal campuran
panas (Hot Mix) dengan jenis A TB, A TS8, HRS, HRSS I AC
2)
Aspal campuran
dingin (Cold Mix) dengan jenis slurry seal, DGEM, OGEM, dan macadam emulsion
3)
Lapis Penetrasi
Macadam (LAPEN)
4)
Laburan Batu Satu Lapis (BURTU)
5)
Laburan Batu Dua Lapis (BURDA)
6)
Laburan
Aspal (BURAS)
7)
Lapis Tipis Aspal Pasir (LATASIR)
8)
Lapis Asbuton
Campuran Dingin (LASBUTAG)
2.3.
Kerusakan Perkerasan Jalan
2.3.1. Pengertian
Suatu
keadaaan pada permukaan maupun struktur lapisan perkerasan jalan dengan
kondisi tidak seperti kondisi pada saat
jalan tersebut mulai digunakan sehingga pengguna jalan mengalami
ketidaknyamanan perjalanan hingga sulit untuk dilalui kendaraan.
Kerusakan mempunyai
ciri-ciri sebagai berikut :
Ø Permukaan
tidak rata, bergelombang
Ø Permukaan
terkelupas
Ø Berlubang
kecil hingga besar dan dalam
Ø Amblas,
longsor hingga terputus
2.3.2. Karakteristik perkerasan jalan
Kondisi jalan
secara umum dikelompokkan menjadi 3, yaitu :
· Baik (good) yaitu kondisi perkerasan jalan
yang bebas dari kerusakan atau cacat dan hanya membutuhkan pemeliharaan rutin
untuk mempertahankan kondisi jalan.
· Sedang (fair) yaitu kondisi perkerasan jalan
yang memiliki kerusakan cukup signifikan dan membutuhkan pelapisan ulang dan
perkuatan.
· Buruk (poor) yaitu kondisi perkerasan jalan
yang memiliki kerusakan yang sudah meluas dan membutuhkan rehabilitasi dan
pembangunan kembali dengan segera.
Faktor-faktor
yang mempengaruhi kerusakan jalan, diantaranya :
1)
Topografi dan lapisan tanah dasar
2)
Material dan ketebalan lapisan perkerasan
3)
Drainase (permukaan dan bawah perkerasan)
4)
Kualitas pekerjaan konstruksi dan program
pemeliharaan jalan
5)
Lingkungan (curah hujan, temperatur)
6)
Lalu Lintas (volume, berat sumbu,
konfigurasi)
2.3.3.
Jenis-jenis kerusakan
Menurut Manual Pemeliharaan Jalan Nomor :
03/MN/B/1983 yang dikeluarkan oleh Direktorat Jenderal Bina Marga, kerusakan
jalan dapat dibedakan atas:
A.
Retak (cracking),
beberapa diantarnya :
1)
Retak halus (hair cracking)
2)
Retak kulit buaya (alligator crack)
3)
Retak pinggir (edge crack)
4)
Retak sambungan bahu dan perkerasan (edge joint crack)
5)
Retak sambungan pelebaran jalan (widening crack)
6)
Retak susut (shrinkage crack)
7)
Retak selip (slippage crack)
8) Retak
sambungan jalan (lane joint crack)
yaitu retak memanjang yang terjadi pada sambungan 2 jalur lalu lintas.
Penyebabnya yaitu tidak baiknya ikatan sambungan kedua jalur.
9)
Retak
refleksi (reflection crack) yaitu
retak memanjang, melintang, diagonal, atau membentuk kotak. Terjadi pada lapis
tambahan (overlay) yang menggambarkan
pola retakan di bawahnya. Retak refleksi dapat terjadi jika retak pada
perkerasan lama tidak diperbaiki secara baik sebelum pekerjaan overlay dilakukan.
B. Distorsi
(distortion)
Distorsi
adalah perubahan bentuk yang dapat terjadi akibat lemahnya tanah dasar,
pemadatan yang kurang pada lapis pondasi, sehingga terjadi tambahan pemadatan
akibat beban lalu lintas. Distorsi beberapa diantaranya :
1)
Alur (ruts)
2)
Keriting (corrugation)
3)
Sungkur (shoving)
4)
Jembul (upheaval)
5)
Amblas
(grade depressions), terjadi
setempat, dengan atau tanpa retak. Amblas dapat terdeteksi dengan adanya air
yang tergenang. Air tergenang ini dapat meresap ke dalam lapisan perkerasan
yang akhirnya menimbulkan lubang. Penyebab amblas adalah beban kendaraan yang
melebihi apa yang di rencanakan, pelaksanaan yang kurang baik, atau penurunan
bagian perkerasan dikarenakan tanah dasar mengalami settlement.
Perbaikan dapat dilakukan dengan :
-
Untuk amblas ≤ 5 cm, bagian yang rendah diisi
dengan bahan sesuai seperti lapen, laston, lataston.
-
Untuk amblas ≥ 5 cm, bagian yang amblas
dibongkat dan dilapisi kembali dengan lapis yang sesuai.
C. Cacat Permukaan (disintegration)
Yang termasuk dalam cacat
permukaan ini adalah :
1. Lubang
(potholes)
2. Pengelupasan
lapisan permukaan (stripping), dapat disebabkan
oleh kurangnya ikatan antara lapis permukaan dan lapis di bawahnya, atau
terlalu tipisnya lapis permukaan. Perbaikan dilakukan dengan cara diratakan
kemudian dipadatkan dengan lapisan baru.
3. Pelepasan
butir (raveling), memiliki akibat
yang sama dengan yang terjadi pada jalan berlubang. Perbaikan dilakukan dengan
memberikan lapisan tambahan di atas lapisan yang mengalami pelepasan butir
setelah lapisan tersebut dibersihkan dan dikeringkan.
D. Pengausan
(polished aggregate)
E. Kegemukan
(bleeding or flushing)
F. Penurunan
pada bekas penanaman utilitas
BAB III
TINJAUAN UMUM
3.1.
Data Umum
Lokasi : Jl. Otto Iskandardinata, Cawang Kec.Jatinegara Jakarta Timur
Gambar
3.1. Peta lokasi kerusakan perkerasan lentur
Jenis : Perkerasan Lentur (Flexible Pavement)
Kepemilikan : Jalan Kota
Fungsi : Jalan Kolektor
(menghubungkan antar kota/kota-kota disekitar)
Kondisi Lingkungan :
- Memiliki saluran drainase (lebar 1
m)
1)
Memiliki
trotoar untuk pejalan kaki
2)
Memiliki
median (lebar ± 60 cm)
3)
Memliki
kanstin lubang untuk pembuangan dari permukaan perkerasan ke dalam saluran
drainase
Lebar jalan :
10 meter
Jumlah
lajur : 2 lajur 2 arah
Rincian
lajur : 2 lajur kendaraan
3.2 Data kerusakan yang terjadi
Berdasarkan hasil pengamatan secara
visual dan survey langsung dilapangan dapat di simpulkan beberapa kerusakan
yang terjadi pada lapisan permukaan perkerasan lentur Jalan Otto Iskandar
Dinata, diantanya yaitu :
a. Pelepasan butir (raveling) pada permukaan
perkerasan jalan
b. Lubang (potholes)
pada permukaan perkerasan jalan
c. Amblas (grade
depressions) pada permukaan perkerasan jalan
d. Ketidakrataan
permukaan perekerasan jalan akibat lubang (potholes)
& pelepasan butir (raveling)
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1
Analisa Penyebab Kerusakan
Setalah melakukan
tinjauan langsung di lapangan maka dilakukan analisa penyebab dari kerusakan
tersebut. Adapun penyebab dari kerusakan tersebut terdiri dari berbagai faktor,
yaitu sebagai berikut :
1) Faktor
lalu lintas
Berdasarkan pengamatan di lapangan
faktor lalu lintas diindikasi menjadi salah satu penyebab terjadinya kerusakan
pada jalan tersebut. Pada jalan tersebut dilewati oleh kendaraan pribadi
angkutan umum serta kendaraan dengan muatan besardengan jumlah volume yang
cukup banyak. Kendaraan-kendaraan tersebut terdiri dari bis, truck, kontainer
dan beberapa jenis mobil penumpang, serta motor. Begitu pula dengan kendaraan yang melakukan parking on the street di ruas Jalan Otto
Iskandardinata tersebut.
2) Berdasarkan
tinjauan pelaksanaan dan pemeliharaan
Berdasarkan tinjauan pelaksanaan,
diindikasi pada pelaksanaan pemadatan dilakukan kurang sempurna sehingga
menyebabkan ikatan aspal tidak terjadi dengan baik, berhubungan dengan aspek
material tadi, terjadi penurunan ikatan dan penurunan kekuatan tarik dari aspal
lapisan permukaan. Hal ini terlihat pada keretakan memanjang pada pemukaan
jalan yang ditemui banyak keretakan.
Adapun pemeliharan pada jalan existing agak sulit dilakukan mengingat
arus lalu lintas yang melewati jalan tersebut cukup besar. Faktor curah hujan
yang cukup tinggi pada awal tahun 2015 di kota Jakarta mempengaruhi keadaan
perkerasan pada jalan tersebut, banyak air yang menggenang di ruas-ruas Jalan
Otto Iskandardinata.
3) Berdasarkan
faktor drainase
Pada hasil tinjauan di lapangan
ditemui beberapa drainase jalan yang tidak berfungsi sebagaimana mestinya, hal
ini menimbulkan hambatan dalam buangan air yang berada di existing jalan sehingga faktor terhambatnya drainase menjadi salah
satu penyebab kerusakan jalan.
4.2
Metode Perbaikan Jalan
Berdasarkan
pengamatan dan analisa secara visual pada kerusakan yang terjadi, maka kondisi
perkerasan berada pada level (fair). Pada level kondisi perkerasan ini maka
diperlukan pelapisan ulang (overlay)
pada lapis perkerasan. Adapun dalam penyelesaian permasalahan kerusakan jalan
ini dilakukan dengan tindakan perbaikan dan pencegahan guna meminimalisir
terjadinya kerusakan.
4.2.1
Teknis Perbaikan
Adapun untuk
teknis perbaikan overlay pada ruas jalan ini adalah dengan metode setengah ruas
jalan, metode ini dilakukan agar ruas jalan ini tidak sampai ditutup sehingga
akses jalan tersebut tetap dapat digunakan. Resikonya adalah terjadinya
kemacetan yang sangat padat pada ruas jalan tersebut. Untuk meningkatkan efisiensi
dalam perbaikan jalan maka dilakukan overlay metode recycling dengan alasan sebagai berikut
1) Mengembalikan
kekuatan perkerasan lama tanpa meninggikan elevasi permukaan jalan
2) Memanfaatkan
kembali bahan eks perkerasan
3) Mempertahankan
geometrik jalan
4) Penghematan
material agregat, aspal, energi
5) Mengurangi
kerusakan lingkungan
6) Perbaikan
kualitas lapis pondasi bisa dilaksanakan dengan cepat apabila ternyata terjadi
kerusakan pula
7) Pengerjaan dengan metode ini tidak sampai melakukan penutupan ruas jalan
yang bersangkutan
8) Tidak
menambah beban mati dari lantai jalan terhadap lapisan tanah
dasar
Rekomendasi
metode penambahan lapisan (overlay)
dengan metode recycling adalah
sebagai berikut
§ WBS
metode penambahan lapisan (overlay)
dengan metode recycling :
A. Pekerjaan
Pengujian Awal Sebelum Recycling
1.
Pekerjaan Survei
2.
Pekerjaan Uji Lendutan
3. Pekerjaan
Penyelidikan Tanah
B. Pekerjaan
Recycling
4.
Pekerjaan Galian Lapisan Aspal
5.
Pekerjaan Pemindahan Hasil Galian
6.
Pencampuran Asbuton
7. Penghamparan
hasil galian aspal dan asbuton
8. Pemadatan overlay dengan Vibratory Roller sesuai dengan ketebalan
C.
Daur ulang perkerasan jalan dengan
metode CTRSB
9. Penghamparan
semen dengan menggunakan Cement Spreader diatas lapisan overlay.
10. Persiapan
pengaspalan
D. Pekerjaan
Penghamparan Dan Pemadatan Overlay
Recycling
11. Pemadatan overlay recycling dan semen
12. Pembentukan
elevasi dan kemiringan overlay recycling
13. Pemadatan
ualang overlay recycling dan semen
Penjabaram
metode penambahan lapisan (Overlay)
dengan metode recycling :
1) Pengujian
awal sebelum memulai recycling
•
Survei kondisi perkerasan secara visual untuk
melihat kondisi kerusakan perkerasan yang ada.
•
Pengujian lendutan setiap interval 50 meter dengan
alat FWD (Falling Weight Deflectometer).
Pengujian lendutan dimaksudkan untuk mengetahui tingkat kelenturan /
keelastisan perkerasan lama.
Spesifikasi mesin FWD:
Nama merek : Eray
Model : Eray-FWD20MT
Daya: hidrolik dan Listrik
Penggunaan : Trotoar
Pengujian
•
Penyelidikan lapangan boring, coring, test pit untuk mengetahui ketebalan jalan aspal
(melintang dan membujur), mengetahui kondisi material existing, memeriksa daya dukung.
2) Pelaksanaan recycling
• Galian Lapisan Beraspal dengan Cold
Milling Machine (CMM)
Lapisan aspal yang sudah mengalami
kerusakan digali secara mekanis dengan menggunakan Cold Milling Machine dan
material RAP hasil galian di stok di suatu tempat yang kemudian digunakan untuk
campuran dengan Asbuton (MS.744) yang baru.
Pengaturan :
Kecepatan alat CMM dalam pelaksanaan
pengupasan lapisan eksisting harus diatur dengan baik agar menghasilkan gradasi
baik untuk digunakan dengan Asbuton yang baru.
Peralatan :
Cold Milling Machine
Dump truck
Spesifikasi Cold Milling Machine:
Merk/Type : Wirtgen/W100
Kapasitas Tangki : 120 LITER
·
Penghamparan hasil galian aspal dan
asbuton dengan Motor Garder
Merk : Komatsu
Seri :
S6D95L
·
Pemadatan overlay dengan Vibratory
Roller sesuai dengan ketebalan overlay yang direncanakan.
3)
Daur ulang perkerasan jalan dengan
metode CTRSB
Lapisan tambah yang akan dibuat di
perkuat dengan menambahkan semen dengan proporsi tertentu untuk mencapai
kekuatan 25 kg/cm2 (kuat tekan bebas umur 7 hari). Penebaran semen dilakukan
secara mekanis dengan menggunakan alat penerbar semen (Cement Spreader) yang
memiliki akurasi penebaran yang baik.
Proses daur ulang dilakukan secara mekanis dengan alat pendaur ulang (recycling machine 600 HP) yang dapat melakukan proses daur ulang secara langsung dilokasi (in situ).
Proses daur ulang dilakukan secara mekanis dengan alat pendaur ulang (recycling machine 600 HP) yang dapat melakukan proses daur ulang secara langsung dilokasi (in situ).
Peralatan :
a. Cement Spreader
Recycling Machine (WR.2500S)
Spesifikasi Recycling Machine:
Merk :
WIRTGEN
Type :
WR 2500S
Tenaga Kuda : 670
·
Penghamparan semen dengan menggunakan Cement
Spreader diatas lapisan overlay.
·
Persiapan pengaspalan
4)
Penghamparan dan pemadatan lapisan
tambah dari recycling
Suhu penghamparan
harus sesuai dengan spesifikasi pada umumnya yaitu ± 120˚C, lalu kemudian
setelah itu dilakukan pemadatan dengan jumlah lintasan yang sesuai dengan
spesifikasi rencana
· Pemadatan overlay recycling dan semen dengan Vibratory
Roller sesuai dengan ketebalan overlay
yang direncanakan.
· Pembentukan
elevasi dan kemiringan overlay recycling dengan alat Motor Grader.
· Pemadatan
ualang overlay recycling dan semen dengan Pneumatic
Tire Roller.
Alat yang dipakai :
Spesifikasi Vibratory Roller :
Tandem Roller merk Cat
CB44B dengan roller 8 ton srta drum getaran tandem 1500mm
Frekuensi Getaran : 53,3 Hz
Kapasitas tangka bahan
bakar : 208 ltr
kapasitas tangka air
(semprot) : 742 liter
Lebar pemadatan maksimum : 1670 mm
4.2.2 Metode
Pencegahan
Untuk
meminimalisir kerusakan jalan tersebut maka diperlukan pemeliharaan, regulasi,
dan pengawasan yang berkesinambungan dari semua pihak.
1) Pemeliharaan
jalan dilakukan secara berkala pada waktu yang telah ditentukan.
2) Regulasi
diberlakukan pada pembatasan berat sumbu kendaraan yang melintasi ruas jalan
tersebut.
3) Pemberlakuan
regulasi ini harus disertai dengan pengawasan yang berkesinambungan dari
berbagai pihak guna mengawasi dan menumbuhkan rasa memiliki terhadap sarana
transportasi yang digunakan bersama-sama.
Selebihnya adalah
kesadaran dari setiap individu sebagai pengguna jalan dalam memanfaatkan
prasarana transportasi agar terciptanya kenyamanan dan keamanan dalam
bertransportasi.
BAB V
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
1)
Kerusakan jalan khususnya di daerah DKI
Jakarta disebabkan oleh beberapa faktor utama seperti faktor lalu lintas ,
sistem drainase, dan pelaksanaa serta pemeliharaan jalan.
2)
Metode perbaikan jalan dilakukan dengan
pelapisan ulang (overlay) pada lapis
perkerasan. Adapun dilakukan dengan tindakan perbaikan dan pencegahan guna
meminimalisir terjadinya kerusakan.
3)
Adapun untuk teknis perbaikan overlay pada
ruas jalan ini adalah dengan metode setengah ruas jalan, metode ini dilakukan
agar ruas jalan ini tidak sampai ditutup sehingga akses jalan tersebut tetap
dapat digunakan. Resikonya adalah terjadinya kemacetan yang sangat padat pada
ruas jalan tersebut. Untuk meningkatkan efisiensi dalam perbaikan jalan maka
dilakukan overlay metode recycling.
5) Tahap metode recycling dilakukan dengan pengujian awal sebelum memulai recycling,
pelaksanaan recycling, penghamparan dan pemadatan lapisan
tambah dari recycling.
6) Adapun
pencegahan dilakukan
seperti pemeliharaan secara berkala pada waktu yang telah ditentukan, regulasi diberlakukan pada
pembatasan berat sumbu kendaraan yang melintasi ruas jalan tersebut,
pemberlakuan regulasi ini harus disertai dengan pengawasan yang
berkesinambungan dari berbagai pihak guna mengawasi dan menumbuhkan rasa
memiliki terhadap sarana transportasi yang digunakan bersama-sama.
4.2 Saran
1) Sistem drainase Jakarta harus diperhatikan, dipelihara serta diperbaiki
bila ada sistem drainase yang tidak terawat. Karena dari sistem drainase yang
tidak terawat akan membuat air masuk ke area jalan dan akan menggenag
dipermukaan jalan. Hal ini akan membuat lapisan jalan menjadi mudah berlubang.
2) Untuk perbaikan jalan yang dilakukan haruslah diperhatikan standar
kualitas dari pekerjaan overlay. Karena jika hanya asal memperbaiki tanpa ada
standar kualitas dari pekerjaan overlay, maka perbaikan overlay yang dihasilkan
akan kurang baik dan tidak akan bertahan lama hasil pekerjaan overlay.
BAB VI
DAFTAR PUSTAKA
Academia.edu Asri Maharani, Identifikasi Informasi Alat Berat
Cat, Produk http://www.cat.com/id_ID/products/new/equipment/compactors/tandem-vibratory-rollers/18502194.html
Ritchiespecs
http://www.ritchiespecs.com/specification?type=Co&category=Motor+Grader&make=Komatsu&model=GD511A-1&modelid=91837
Komentar
Posting Komentar